Sabtu, 9 Juni 2012, 06:23 WIB
Pagi yang indah di kota tercinta
Cilacap. Langit yang berawan, udara yang masih segar dan berkabut di beberapa
titik, saya memacu sepeda melintasi
jalan damar yang masih sepi, sepintas otak mereview perbekalan yang saya persiapkan
tadi malam, siapa tau ada yang ketinggalan
Mantel, kompas,
peta, air minum, pisau, coklat, kamera, dan GPS, OK lengkap. Mungkin kalian
bertanya mau kemana sih?? Ko’ pake bawa kompas, peta, pisau , GPS segala.
Sebnarnya ini merupakan perjalanan yang rutin setiap minggu saya lakukan, Bali
ndeso. Tapi kali ini saya akan mencoba dengan
cara dan memilih rute yang
sedikit tidak lazim.
Berikut adalah
rute yang rencananya akan saya tempuh
Perjalanan dari
damar sampai pertigaan jeruk legi terbilang mudah, hanya ada sedikit tanjakan
dan turunan yang terolong sangat landai.
Tapi setelah
ini, mental dan stamina anda diuji, 3
tanjakan yang WAW menyambut anda,
Tanjakan pertama (a hill with fake
slope decrease)
Jalan menanjak kategori sedang menyambut
kita setelah di rute ini, beberapa meter sebelum tanjakan ini berakhir tanjakan
seolah melandai tapi jangan terlena kawan karena setelah itu jalan masih naik
lagi.
Tanjakan kedua
(The hill of clemency)
Tanjakan ini
tidak sekejam tanjakan pertama, tapi cukup menguras tenaga, apa lagi karena di
tanjakan pertama tenaga sudah terkuras.
Tanjakan ketiga
(The hill of regret)
Ini merupakan
tanjakan paling terjal dan paling kejam.Saya pernah dibuat menyesal oleh
tanjakan ini , kenapa repot-repot pulang
naik sepeda dan harus melewati tanjakan ini. Tanjakan inilah yang paling
menguras stamina. Kalau mental anda tidak kuat hampir pasti anda memutuskan
untuk turun di tengah tanjakan.
Setelah 3
tanjakan ini medah tidak begitu berat, hanya ada tanjakan kecil sebelum masuk
hutan kubangkangkung. Di akhir tanjakan itu ada jalan ke kiri menuju desa
brebeg, jalan inilah yang saya lewati,
Desa brebeg
Secara umum
jalan di desa brebeg berupa tanjakan dan turunan yang lapisan aspalnya sudah
mengelupas menyisakan batuan dan kerikil lepas. Cukup menantang.
Setelah 5 km
menikmati jalan di Brebeg terdapat jalan kecil ke arah kanan. Jalan ini membawa
kita ke hutan.
Hutan
Suasana rimba
langsung menyambut kita begitu mengambil jalan ini. Jalannya berupa jalan
tanah, di samping kanan kiri terdapat landang.
Masuk lebih dalam lagi tak ada ladang di samping kanan kiri jalan,
digantikan alang-alang, bahkan di beberapa bagian jalan sudah tertutup
alang-alang. Mungkin karena jarang dilewati orang.
Dengan PD, saya
menggowes sepeda menyusuri jalan yang ditunjukkan oleh gps, dan hasilnya
stuck, I totally got lost. Jalan yang
tertera di gps benar-benar sudah tertutup alang-alang, sama sekali tidak ada
tanda-tanda kalau dulu ada jalan di situ. Terpaksa sepeda saya tinggal dan saya
berjalan mencari jalan, 5 menit jalan akhirnya nemu jalan juga. Tapi sayangnya
sepeda harus dipanggul dulu. Akhirnya bisa nggowes lagi, tapi tidak lama jalan
hilang lagi, mau nggak mau sisa rute di hutan lebih banyak dilewati
dengan menuntun dan memanggul sepeda dari pada
naik sepeda. Setelah melakukan ritual
gowess-tuntun-panggul-gowess-tuntun-panggul di hutan jati akhirya nemu ladang
lagi (pertanda kalo sudah dekat kampung), istirahat sebentar. Gowess lagi dan
keluar dari hutan, dan setelah masuk kampung, masuk hutan karet, istirahat,
menyebrangi sungai, masuk kampung lagi akhirnya sampai juga di rumah.
Ini adalah rute
yang akhirnya saya lewati
Gallery and Discovery:
- Di sepanjang desa brebeg banyak anjing sun bathing di tengah jalan kaya turis
- GPS terkadang menyesatkan dan ngaco, jangan lupa bawa kompas kalo mau gowes lewat daerah yang terpencil.
- Kelihatannya dangkal tapi dasarnya lumpur, kaki kita bisa sampai terbenam 15-20cm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar