Jumat, 15 Juni 2012

Gowess Bali Ndeso



Sabtu, 9 Juni 2012, 06:23 WIB

Pagi yang indah di kota tercinta Cilacap. Langit yang berawan, udara yang masih segar dan berkabut di beberapa titik, saya memacu  sepeda melintasi jalan damar yang masih sepi, sepintas otak mereview perbekalan yang saya persiapkan tadi malam, siapa tau ada yang ketinggalan
Mantel, kompas, peta, air minum, pisau, coklat, kamera, dan GPS, OK lengkap. Mungkin kalian bertanya mau kemana sih?? Ko’ pake bawa kompas, peta, pisau , GPS segala. Sebnarnya ini merupakan perjalanan yang rutin setiap minggu saya lakukan, Bali ndeso. Tapi kali ini saya akan mencoba dengan  cara dan  memilih rute yang sedikit tidak lazim.

 

Berikut adalah rute yang rencananya akan saya tempuh
 


Perjalanan dari damar sampai pertigaan jeruk legi terbilang mudah, hanya ada sedikit tanjakan dan turunan yang terolong sangat landai.
Tapi setelah ini, mental  dan stamina anda diuji, 3 tanjakan yang WAW menyambut anda,

Tanjakan pertama (a hill with fake slope decrease)
Jalan menanjak kategori sedang menyambut kita setelah di rute ini, beberapa meter sebelum tanjakan ini berakhir tanjakan seolah melandai tapi jangan terlena kawan karena setelah itu jalan masih naik lagi.

Tanjakan kedua (The hill of clemency)
Tanjakan ini tidak sekejam tanjakan pertama, tapi cukup menguras tenaga, apa lagi karena di tanjakan pertama tenaga sudah terkuras.

Tanjakan ketiga (The hill of regret)

Ini merupakan tanjakan paling terjal dan paling kejam.Saya pernah dibuat menyesal oleh tanjakan ini , kenapa  repot-repot pulang naik sepeda dan harus melewati tanjakan ini. Tanjakan inilah yang paling menguras stamina. Kalau mental anda tidak kuat hampir pasti anda memutuskan untuk turun di tengah tanjakan.
Setelah 3 tanjakan ini medah tidak begitu berat, hanya ada tanjakan kecil sebelum masuk hutan kubangkangkung. Di akhir tanjakan itu ada jalan ke kiri menuju desa brebeg, jalan inilah yang saya lewati,

Desa brebeg
Secara umum jalan di desa brebeg berupa tanjakan dan turunan yang lapisan aspalnya sudah mengelupas menyisakan batuan dan kerikil lepas. Cukup menantang.
Setelah 5 km menikmati jalan di Brebeg terdapat jalan kecil ke arah kanan. Jalan ini membawa kita ke hutan. 

Hutan
Suasana rimba langsung menyambut kita begitu mengambil jalan ini. Jalannya berupa jalan tanah, di samping kanan kiri terdapat landang.  Masuk lebih dalam lagi tak ada ladang di samping kanan kiri jalan, digantikan alang-alang, bahkan di beberapa bagian jalan sudah tertutup alang-alang. Mungkin karena jarang dilewati orang.




Dengan PD, saya menggowes sepeda menyusuri jalan yang ditunjukkan oleh gps, dan hasilnya stuck,  I totally got lost. Jalan yang tertera di gps benar-benar sudah tertutup alang-alang, sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau dulu ada jalan di situ. Terpaksa sepeda saya tinggal dan saya berjalan mencari jalan, 5 menit jalan akhirnya nemu jalan juga. Tapi sayangnya sepeda harus dipanggul dulu. Akhirnya bisa nggowes lagi, tapi tidak lama jalan hilang lagi, mau nggak  mau  sisa rute di hutan lebih banyak dilewati dengan menuntun dan memanggul sepeda dari pada  naik sepeda.  Setelah  melakukan ritual gowess-tuntun-panggul-gowess-tuntun-panggul di hutan jati akhirya nemu ladang lagi (pertanda kalo sudah dekat kampung), istirahat sebentar. Gowess lagi dan keluar dari hutan, dan setelah masuk kampung, masuk hutan karet, istirahat, menyebrangi sungai, masuk kampung lagi akhirnya sampai juga di rumah.



Ini adalah rute yang akhirnya saya lewati 





 
Gallery and Discovery:
  • Di sepanjang desa brebeg banyak anjing sun bathing di tengah jalan kaya turis 
  • Ternyata di dalam hutan karet ada jalan bagus



  • GPS terkadang menyesatkan dan ngaco, jangan lupa bawa kompas kalo mau gowes lewat daerah yang terpencil. 



  • Kelihatannya dangkal tapi dasarnya lumpur, kaki kita bisa sampai terbenam 15-20cm


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar